hello there!


Kata Pengantar


Ada kurang lebih nyaris 500 hari yang terbuang demi satu hal yang bernama skripsi.
467 hari terbuang sia-sia. Sisanya baru digunakan untuk fokus mengumpulkan niat. 14 hari dari sisanya itu adalah saat produktif mengetik, mengeprint, dan cipikacipiki sama dosen pembimbing.
Gila kan? Iya.

Saya bukanlah orang yang anti edukasi. Saya suka belajar. Tapi, apalah artinya segepok kertas berisi teori tanpa ilmu yang bisa diaplikasikan di kehidupan?

Mungkin ini karena saya bukan mahasiswi reguler, saya cuma mahasiswi ninja yang muncul di saat penting aja seperti ujian dan tugas kelompok. Walaupun gitu, IP tetep di atas 3,5.
467 hari saya buang gitu aja. Sekitar 7 judul yang saya ajukan. Semua masalah ya ada di sini *nunjuk hati*
Gue gak niat, oke?
Semua yang saya lakukan itu selalu didasari niat. Saya minum, karna niat pengen minum. Haus, lebih tepatnya. Saya nabung karna niat. Sampe pacaran pun karna niat. Ya iyalah klo gak niat ya gak pacaran.. Hahahaha
Balik lagi ke masalah skripsi.

I do things whole heartedly. So tell me how do I do something I do not love to do at all?

Ternyata, semakin saya ulur, perkara skripsi ini semakin memperkeruh hidup saya.
Gimana enggak? Beberapa kali kesempatan atau tawaran datang tapi semuuuuuaaanya mentok karna skripsi yang belum kelar! HAHHH!!  *saya gak mau sebutin satu-satu. Bikin sakit hati.*

Pikiran pun makin keruh. Gimana enggak, pas liat bungkus mie instan yang bacaannya "Ayam Krispi" jadi kebaca "Ayam Skripsi"???!!! Gila kan? Iya.

Dari biasa aja sampe akhirnya jadi timbul rasa benci yang segede-gedenya sama yang namanya skripsi itu. Gue musti kelarin lu gimana pun caranya.
Sama seperti tokoh Auggie di novel Wonder karya R.J Palacio yang gak bakalan dapat identitas kalo gak bersekolah, seorang Levine pun gak bakal dapat identitasnya sebagai mahasiswi dan sarjana pendidikan kalo gak kelarin skripsinya. Itu penalaran stereotype yang mayoritas orang di negeri ini anut. Orang kudu dapet gelar baru bisa dikatakan sebagai 'orang'.
Sorry to say, sejujurnya, saya gak menganut penalaran semacam itu.

Sekarang saya mau tanya, kalau Anda seorang bos dari satu perusahaan, Anda pilih calon karyawan yang mana: bergelar tapi gak terampil atau terampil walau gak punya gelar?
Menurut survey terakhir di bulan Februari 2015, ada 7,4juta manusia bergelar yang nganggur dan terus makin nambah jumlahnya. Masalahnya terletak di sumber daya manusianya yang kurang berkualitas.
Menariknya, gak selalu lulusan pendidikan tinggi itu berkualitas, dan untuk jadi manusia yang berkualitas, berakal dan penuh kreativitas itu gak mesti kudu wajib kuliah.
Wait.. I'm not here to judge, okay? Saya gak bilang kalian HARUS KULIAH atau JANGAN KULIAH. Hidup itu pilihan. Di sini saya pihak netral dan pengamat. Oke, itu cukup untuk direnungkan aja. Panjang kalau dibahas.

Apa perlu saya sebutin orang-orang yang gak kelar pendidikannya tapi 'gak malu-maluin' atau bukan berarti orang-orang bodoh?
Gue gak mau mengungkit kata "kreativitas" lagi deh.
Tapi ya udah lah ya, ibarat gue udah nyemplung ke air ya kenapa enggak gue berenang. *salah analogi*
Hahaha
Intinya gini, kalo skripsi gue kelar, itu bukan pertanda kalo gue niat kuliah. Bukan berarti gue kelar karna kuliah is everything. Big NO. Gak sama sekali. Gue kuliah karna tuntutan kerja yg adalah sebagai seorang guru. Kalo gue niat kuliah, sebelumnya gue udah dapet dua beasiswa kuliah gretongan di semester awal di dua kampus swasta yang bisa dibilang lumayan bagus, tapi gak gue ambil. Kalo gue niat kuliah, gue pasti langsung ambil jurusan IT atau Teknik Sipil atau Hubungan Internasional, bukan malah ambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Gue udah jadi guru setahun, baru gue mulai kuliah.

Kalo skripsi kelar, ini pertanda segala portal dan gembok gak tertutup dan terkunci lagi. It is a key to freedom.
Dear skripsi, I hate you. I do really hate you, and I will finish you...in a beautiful way ;p



0 comments:

Post a Comment

 

QUOTE

QUOTE

INSTAGRAM FEEDS

READING UPDATES

Goodreads: Book reviews, recommendations, and discussion