hello there!


Nusa Penida




Holaaa... I'm back! Finally back to the civilization where I can find the internet connection. 
So, let talk about Nusa Penida now.




Kata "Nusa" berarti pulau. Nusa Penida ini terletak di sebelah tenggara pulau Bali yang dipisahkan Selat Badung. Ada Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan yang letaknya gak jauh dari Nusa Penida. Tapi, tetap Nusa Penida yang paling besar dibanding dua nusa tersebut. Walaupun paling besar, infrastruktur pariwisatanya masih terbatas banget, gak seperti Nusa Lembongan. Pulau ini masih alami banget. This island is positively super stunning. Jadi buat yang berencana pergi ke Nusa Penida harus ingat untuk tetap jaga kebersihan dan kelestarian alam ya. Sayang banget kalau pulau yang bagus kayak gini jadi kotor atau rusak karena para turis atau traveler yang gak tau diri. 


Buat yang belum baca posting sebelum ini, coba dibaca dulu, karena biar rada nyambung gitu. Hehehe.. [click here]

Dari Sanur, naik fastboat ke Pelabuhan Buyuk, Nusa Penida sekitar 45 menitan. Setibanya di Buyuk, kami bertiga sudah ditunggu oleh Bli Putu, he would be my guide and my driver here, dia staff dari penginapan kami nantinya. Kami menyewa 2 motor dan 1 ojek. 
1 motor = Rp 50.000/hari. Motor+ojek Rp 100.000. (biaya tidak termasuk bensin).

Pemandangannya beda banget dari Bali. Kami disambut dengan jalanan yang cukup sempit, berliku, kadang berpasir gitu, tanjakan gitu, dan anginnya kencang gitu...sampai topi harus dipegang takut terbang terbawa angin. Mau teriak pas lihat pemandangan alam Nusa Penida yang terbuka luas, tapi karena banyak orang jadi gak jadi. Malu gue.
Penduduk setempat, khususnya anak-anak kecil di Nusa Penida ramah banget, dikit-dikit di "dadah" in gitu. Misalnya, pas naek motor, berpapasan sama kumpulan bocah yang lagi main atau pulang sekolah, MEREKA PASTI MELAMBAIKAN TANGAN DAN BAHKAN ADA YANG SAMPAI LOMPAT-LOMPAT SAMBIL BILANG 'DAAAAAAAH' ke kita. Keramahan yang sadis banget ini namanya hahaha..

Selain pemandangan anak kecil itu, aku juga sering ketemu sama SAPI. Sapi Nusa Penida tuh dimana-mana,Warnanya coklat gitu.

Balik lagi ke topik awal, aku dan dua temanku yang lain, menginap di Admadama Farmer House, yang terletak di daerah Limo, masih bagian dari Desa Klungkung. Gak begitu jauh dari Buyuk. Menginap di sini enaknya minta ampun. Staff dan ownernya baik. Makanan favoritku selama di Admadama itu Mie Goreng buatan Bli Wayan. Bikin pengen nambah mulu. (Duh..jadi kangen.) 
Pas melihat kamarnya yang berdinding batu dan beratap ilalang, desainnya yang unik minimalis dan natural ini, bikin kami bertiga rada males keluar kamar. Pemandangan dari balkon itu bagus banget. Dari arah timur, pepohonan. Tenggara bukit. Dari sebelah barat daya ke arah Barat bisa kelihatan sedikit pemandangan Nusa Lembongan atau Ceningan kalau beruntung. Utara lihat laut! 
Dari tempat ini, bisa lihat Sunrise dan Sunset sambil dengar kicauan burung dan tiupan angin. Jadi aku gak perlu deh tuh kejer-kejeran segala sama matahari. Tinggal duduk di kursi kayu sambil minum secangkir teh hangat dan jurnal di pangkuan. (Astaga.. jadi kangen Admadama). 

Fyi, they really loved Kue Lapis Talas Bogor I've brought from Jakarta ;)

Further info about Admadama Farmer House [click here]

Hari pertama, kami ke Bukit Atuh dan pantainya, yang ada di sebelah tenggara pulau Nusa Penida. 
Sebelum ke Atuh, kami mampir sebentar ke Desa Tanglad yang terkenal akan tenunannya. 

Hari kedua, kami ke Manta Point, Pasih Uwug, Angels' Billabong dan pulang ke Sanur jam 3 sore.
Di Manta Point, kami ngeliat lima Manta. 
Something bad happened in Angels' Billabong. Aku kurang aware sama ombak laut saat itu. Karena sebelum kami ada satu turis bule yang lagi asik berenang di sana, aku minta ijin sama Bli Putu untuk turun ke bawah dan main air di situ. He said okay. Setelah si turis naik dan pergi sama rombongannya, aku turun tebing bareng Bli Putu. Dua temanku nunggu di atas sekalian jagain barang dan mengabadikan momen. Ombak gak bisa diprediksi. Tiba-tiba ombak besar datang, sukses menyapu dan menyeret aku. Jujur kaget banget dan pasrah karena sadar gak bisa gerak cepat untuk balik lagi ke atas tebing. Aku coba berenang lawan arus dari bawah permukaan, tapi ada rasa takut kalau karang-karang yang nyaris mirip kayak stalakmit runcing gitu bakal menusuk perut atau kepala atau merobek tangan atau kaki. Ombak kencang, tapi syukur airnya jernih. Tau-tau udah ada Bli Putu yang lompat narik aku ke tepi. Sempoyongan kami berdua mau naik dari permukaan air, eeehhh ombak ke dua datang lagi dan lebih gila dari yang sebelumnya. Saat itu, gue paham kenapa kalo di film-film si artis malah bengong cengo gitu kalo ada yang mau nabrak. Sama, itu yang kami berdua alamin saat ombak kedua datang. 
I just prayed. 
I screamed hard for a help as I was watching the underwater.. all I could see was just the bubbles.. water.. the palm of my hands.. no blood.. the reefs.. stones.. peaceful..even though I was pretty sure that we both gonna die!
In that moment, I was trying to memorize my family's faces. My mom's smile, followed by the moment when my Dad gave me his big hug right after I got baptized, my little sister's cheerful laughter, and my brothers'. 
Aku cari permukaan untuk ambil napas, sambil pegang tangan Bli Putu, kami berusaha ke dalam cerukan. It was not a good idea, we both knew that. We had no clues anyway. Air kembali lagi masuk dan memutar kami. Aku balik lagi cuma bisa melihat tekstur batu di depan, samping kanan, samping kiri, dan aku lihat belakang ada Bli putu yang melindungi sampe jumpalitan karena arus air. 
Yang aneh adalah.. I felt like something was saving us. Sampai detik ini pun masih jelas rasanya seperti apa. Thanks to Jehovah. He saved us. Air perlahan turun, ada tangan terjulur di atas ku dan Bli Putu, ternyata dua turis lain yang akhirnya mengangkat kami berdua keluar dari cerukan itu. Ombak pun gak seganas tadi. Kenapa aku bilang gitu? Karena satu sandalnya Bli Putu ada di situ dan masih ada di situ setelah aku udah kembali di atas tebing dan beristirahat sebentar. Weird enough. 
Dua temanku yang nunggu di atas panik gila. Thanks God, gak ada luka parah. Aku langsung cek lengan , telapak tangan, kepala, telapak kaki, takut ada yang bocor, atau bolong gitu.. hehehe tapi gak ada. Lapisan t-shirt yang aku pake, robek di bagian perut. Tapi gak ada sedikit luka pun di perutku. 
Bli Putu pucat, kita langsung balik ke Admadama, membersihkan luka, dan ke pelabuhan Buyuk untuk kembali ke Sanur.

Perjalanan dari Buyuk ke Sanur pun bikin jantung mau nyangkut di kerongkongan. Lagi-lagi ombak yang datang bertubi-tubi gak pake rasa ombaksiawinya dari segala arah. Dari depan, samping, serong kanan, serong kiri.. halah.. pokoknya ombaknya seram sampai salah satu dari dua besi di ujung depan bagian kapal itu patah dan si nahkoda kapalnya geleng-geleng sambil banting stir kapal ke kanan trs mendadak ke kiri. Langit mendung. All we can see was WATER !! Deburan ombaknya besar banget sampai kaca harus ditutup. Aku sama temenku lagi-lagi berdoa. Aku buruan mau sampai Sanur secepat mungkin. 
And yes... Setibanya di Sanur, langit cerah! Pengen rasanya gue langsung terkapar di pasirnya sambil teriak "ampooooooonnn" sejadi-jadinya tapi gak jadi karena gue harus segera cari toilet dan temen gue pasti bakal toyor kepala gue kalo gue masih mau maen pasir lagi.
Ya udah, jadinya mampir makan sambil minta obat merah lagi. 




Sampai di Denpasar, keluarga gue panik, beritanya sampai ke saudara gue yang di Bandung. Di Bandara Ngurah Rai, penumpang pesawat gue ternyata udah dipanggil berkali-kali setengah jam sebelum jam keberangkatan.
 Menyebalkan. 
Fyi, dua temen gue udah pulang beberapa jam setelah dari Nusa Penida. Jadi gue sendirian lari-lari di dalam bandara, pake celana pendek karena masih ada luka-luka dari Nusa Penida gitu. I must admit that these scratches were somehow like the eye-magnet to everyone. Who cares anyway!
Gue lari dari yang tempat pemeriksaan barang itu sampe ujung gate berapa itu gue lupa, dan baru bisa ngumpulin napas di bis bandara yang nganter gue dan orang-orang ke pesawat. Tapi gue tetep gak mau ngasih tau keluarga gue yang di rumah, takut mereka syok. Jadi yaaa....gue baru kasih tau pas gue sampe Cibubur. Dan mereka syok, terutama si mama. 



Writing about this island is just making me feel like visiting there no matter what I've got. I miss this island so much.

0 comments:

Post a Comment

 

QUOTE

QUOTE

INSTAGRAM FEEDS

READING UPDATES

Goodreads: Book reviews, recommendations, and discussion